Sabtu, 21 Juli 2012

Bosscha: Hilal di Indonesia Sulit Diamati

Suasana pengamatan hilal di Observatorium Bosscha (Foto: Okezone/Iman H)




WARTA INFO BANDUNG BARAT - Hilal untuk menentukan awal Ramadan saat ini sulit diamati, termasuk di seluruh titik pengamatan di Indonesia.

Hasil pengamatan Observatorium Bosscha, Institut Teknologi Bandung (ITB), posisi hilal saat ini berada di bawah 2 derajat atau tepatnya 1 derajat 4 menit.

“Kita punya peluang sangat tipis untuk mengamati hilal hari ini. Posisi bulan di atas ufuk hanya 0,2 derajat. Ini tidak bisa diamati dengan inkam rukyat, metode untuk menentukan awal bulan,” terang peneliti astronomi, Hakim L Malasan, di Observatorium Bosscha ITB, Lembang, Kamis (19/7/2012).

Untuk diketahui, metode inkam rukyat biasa dipakai untuk menentukan awal Ramadan dan Idul Fitri, yakni posisi bulan di atas ufuk minimal 4 derajat.

“Kalau besok peluangnya besar, posisi bulan 12 derajat di atas ufuk,” sebutnya.

Hal itu disampaikan menurut simulasi berdasarkan penghitungan ilmu astronomi. Pengamatan secara langsung terhadap hilal baru dilakukan pada pukul 17.00 WIB.

“Tapi, apa pun yang terjadi, kami akan coba arahkan teropong ke posisi di mana bulan berada,” kata Hakim seraya menambahkan, dalam pengamatan ini, Bosscha menyediakan dua teropong.

Selain di Lembang, ada 18 tempat di Indonesia yang melakukan pengamatan serupa. Menurut Hakim, dari 18 tempat tersebut, tidak satu pun tempat yang memungkinkan untuk melihat hilal.

“Semua tempat di seluruh Indonesia rata-rata bulan di bawah 2 derajat," tandasnya.

Di tempat lain, seperti Palabuhanratu memang posisi bulan lebih tinggi yakni 1 derajat 40 menit. Meski begitu tetap tidak memungkinkan melihat hilal dengan baik.

Mantan Kepala Observatorium Bosscha itu menambahkan, hasil amatan Bosscha akan menjadi masukan penting dalam sidang isbat Kementerian Agama malam ini.

0 komentar:

Posting Komentar