Sabtu, 21 Juli 2012

Karya Sastra Indonesia Saatnya Mendunia



IMAGES by KRISTIANTO PURNOMO KOMPAS
Petugas membawa arsip-arsip di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin di Jakarta, Senin (21/3/2011).

WARTA INFO JAKARTA - Para seniman hari Sabtu (21/7/2012) malam mendeklarasikan "Sastra untuk Indonesia Lebih Baik" yakni kegiatan sastra untuk memajukan, mencerdaskan dan mengharumkan citra Indonesia di mancanagara.

Deklarasi digelar di Kantor Perhimpunan Penulis Tionghoa Indonesia (Yin Hua Zuo Xie), Jakarta Barat dengan juru bicara Leonowens SP, sastrawan dunia yang dikenal dengan karyanya "Mahaphrana"

Ketua Yin Hua Zou Xie, Jeanne Laksana menyatakan, karya sastra Indonesia sudah saatnya mendunia dengan keciriannya. Untuk itu, tengah dirintis pula penerjemaahan karya sastra Indonesia kedalam bahasa Mandarin. Bersamaan dengan itu, digelar apresiasi karya sastra untuk buku "KADO", "Aura" dan "Kalau kau Rindu Aku" masing-masing karya Soesi Sastro dan Dharmadi.

"Karya sastra yang berhasil adalah karya yang mampu membawa nilai-nilai universalitas," ungkap Leonowens yang malam itu juga bertindak sebagai salah satu pembahas. Eksistensi secara teoritis, karya mereka, dipandang Leonowens berhasil menggabungkan beberapa tipografi dari teknik penulisan puisi. Puisi karya mereka adalah karya puisi untuk nilai-nilai dan bukan terbatas pada puisi untuk puisi saja.

Kelebihan lain karya Soesi Sastro adalah cenderung pendek atau minimalis, dan mempunyai patahan-patahan lafalan yang tidak jamak, contoh "Paris, Eiffel Tanpa Aku." Karya yang ditampilkannya dibuat alur demi alur tentang perjalanan kehidupan yang dilalui sehingga pembacanya menjadi semakin bisa memaknai puisi yang ditulis.

Di sini semakin nampak sebuah alur puisi yang mempunyai nilai keindahan. Mungkin juga karena perempuan ini dipengaruhi oleh aktivitasnya sebagai penggiat lingkungan hidup, sehingga proses pemaknaan yang ditulis lebih komprehensif.

Karya kontemporer

Pembahas lainnya Ari MP Tamba, karya kedua penulis tersebut memiliki kontemplasi yang kuat dalam stilistika sastra. Kekuatan pada rima, metafora, dan prologis puisi menjadi kekuatan dari karya Dharmadi dan Soesi Sastro, sehingga karya kedua orang ini layak dikatakan sebagai karya kontemporer yang baik.

Zhou Fuyuan, sastrawan Tionghoa membandingkan karya puisi sastra Indonesia dengan sastra Tionghoa, dua-duanya merenungkan tentang alam dan kehidupan manusia yang kuat. Katanya, puisi mereka dapat diterima dalam interpretasi sastra Tionghoa, tetapi cara memaknainya saja yang berbeda. Ini karena perbedaan latar belakang budaya kedua penulis tersebut dengan budaya Tionghoa.

Hadir pada acara tersebut, Free Hearty Doktor ahli sastra Timur Tengah, Nani Tanjung, seniman teater, Endang Werdiningsih, pimpinan majalah Kartini, Sutarno Sk sutradara, dan berbagai kalangan penulis di Indonesia. "Kegiatan ini akan terus dilaksanakan secara rutin untuk mengapresiasi karya-karya sastra Indonesia," tambah Jeanne.

Editor :
Rusdi Amral
KOMPAS

0 komentar:

Posting Komentar